UN 2013 Terburuk dan Coreng Dunia Pendidikan.
Para peserta ujian nasional (UN) kecewa setelah mengetahui UN hari ini gagal dilaksanakan. Penundaan jadwal UN ini terjadi menyusul berkas naskah soal ujian dan lembar jawaban yang belum terdistribusikan ke sekolah mereka.
Peserta UN di SMA Harapan Tiga, Jalan Karya Wisata, Medan, Sumatera Utara mengaku kecewa setelah mengetahui ujian nasional hari ini gagal dilaksanakan. Sebelumnya mereka telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi ujian pamungkas ini. Namun, setelah tiba di sekolah, para siswa ini ternyata tidak dapat mengikuti ujian karena logistik ujian belum tiba, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Stres dan ngedrop secara psikologis karena gagal mengikuti UN hari ini," kata Dea, salah satu peserta UN, Senin (15/4/2013).
Sementara itu, pihak sekolah berinisiatif memberikan konseling kepada para siswa terkait masalah ini.
"Penundaan ujian nasional tahun ini merupakan yang terburuk sepanjang masa dan telah mencoreng dunia pendidikan," ujar Kepala SMAN Harapan Tiga Medan, Abdul Jalil.
Mentri Pendidikan (Muka Suram) |
Ujian Nasional (UN) merupakan uji kompetensi yang menentukan lulus atau tidak lulusnya bagi setiap murid kelas XII SMA/Sederajat. Selain itu, juga menjadi tolak ukur, sejauh mana kemampuan setiap anak didiknya.
Siswa SMAN 4 jurusan IPS Fathurrahman memaparkan, seharusnya UN harus diperbaiki atau studi lapangan, dia mengambil kesimpulan bahwa UN dilaksanakan seperti halnya ujian sekolah tingkat nasional.
"Setuju enggak setuju sih kalau UN dihapuskan, mungkin kalau tidak setuju sebaiknya jika UN dipertahankan studi lapangan dulu. UN harus berkualitas, tujuan UN yang sebenarnya itu apa? Percuma juga kan kalau tiga tahun sekolah bersusah payah ketika UN selama empat hari tidak lulus. Lebih baik ujian sekolah menjadi ujian sekolah tingkat nasional," ujarnya, Rabu (17/4/2013).
Fathurrahman pun juga menyetujui jika UN dihapus, sehingga sistem 20 paket bisa dikaji ulang. Dia bahkan mempertanyakan sistem soal UN yang memakai barcode.
"Kalau setujunya, mungkin harus diperbaiki sistemnya yang 20 paket soal, harus dikaji ulang. 20 paket soal cocok enggak pakai barcode? Jadi, hal ini tidak terulang lagi, UN juga bisa menimbulkan kecurangan yaitu bocoran kunci jawaban," imbuhnya.
Senada dengan Fathurrahman, siswi SMAN 4 jurusan IPA Swasthi memaparkan, jikalau UN dihapus maka harus ada kualifikasi kelulusannya. Jangan nanti mentang-mentang dihapus, murid jadi tidak ada standar kelulusan.
"Kalau UN dihapuskan lebih meringankan lagi, para murid tidak beban lagi. Walaupun UN dihapuskan, para siswa harus tetap dikualifikasi. Karena dari sekolah, gurulah yang mendidik muridnya supaya bisa bersaing di perguruan tinggi," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar